thegiving and taking of passes, of controlling the ball and of making yourself available to receive a pass. It is terribly simple.' ***** On the leaving of Liverpool - 'It was the most difficult thing in the world, when I went to tell the chairman. It was like walking to the electric chair. That's the way it felt. Whilewatching my kids , still ,i can browse for new technologies and equipped myself with new ilmusss (tp. I hv to agree, bukan senang nak cari masa free to do all those browsing while taking care kids). Tp. Akan ade masa juga depa tidoq ka.. depa ralit tgk tv ka.. time tu boleh ja dibu buat kerja freelance and everything.. Bukantake and give tapi give then take. Dengan lawan kita pun bisa bersikap kolaboratif. Caranya, bersama-sama kita ciptakan musuh bersama. Kalau menghindar sudah tidak bisa, kompromi sudah tidak mungkin lagi, apa boleh buat lah. Tetapi emosi harus terkendali. Bagi sejumlah orang, Konflik adalah nutrisi utama untuk kemajuan. intro A F#m Bm E A F#m Take away the sensation inside Bm E bittersweet migraine in my head A F#m It's like a throbbing toothache of the mind Bm E I can't take this feeling any more D5 A5 Drain the pressure from the swelling D5 A5 this sensation's overwhelming D5 Give me a long kiss goodnight F#m5 and everything will be alright B5 E2 Tell me that I won't feel a thing A F#m Bm E Give me BonJovi Lyrics. "You Give Love A Bad Name". Shot through the heart. And you're to blame. Darling, you give love a bad name. An angel's smile is what you sell. You promise me heaven, then put me through hell. Chains of love got a hold on me. When passion's a prison, you can't break free. actually String#replace will only replace the first occurence. So it will work with the given example, but will fail in a general case where the number is longer than 6 digits (and will contain more than 1 comma). Use #replaceAll instead How APIs can take the pain out of legacy system headaches (Ep. 465) Featured on Meta Announcing the Ketidaktahuanbukanlah alasan untuk sebuah pelanggaran hukum. Dengan meng-install font ini, anda dianggap telah membaca, mengerti, dan menyetujui semua Syarat & Ketentuan penggunaan font dibawah ini: 1. Lisensi font ini adalah "Personal Use". Yang berarti font ini hanya boleh digunakan untuk keperluan pribadi atau personal, More J0iT6I. Kalian sering mendengar tentang konsep “take and give” kan? Beberapa waktu lalu saya juga terlibat perbincangan mengenai ini dengan sahabat saya. Menurutnya hubungan haruslah “take and give” agar seimbang, katanya. Saya yakin banyak juga yang mengiyakan apa pendapatnya. Saya pun dulu mengira demikian. Take and give menjadi wajar dalam suatu hubungan. Hubungan apa saja, entah dengan pasangan, orang tua, sahabat, dalam pekerjaan ataupun yang lainnya. Namun seiring waktu, saya belajar..nampaknya “take and give” menjadi semakin terlalu memberatkan. Kemudian saya belajar untuk bergeser ke dalam konsep “Give and Give” “Oh iya iya..kamu kan udah nggak butuh “take” lagi ya? “ kilah sahabat saya. Nggak begitu juga sih, hanya saja..memberi dengan rumusan memberi dan harus menerima nampaknya menjadi semakin berat. Bukahlah lebih ringan bila bergeser menjadi memberi dan memberi, tak perlu tanpa banyak memikirkan tentang harus menerima. Menurut saya, ada perbedaan fundamental di antara keduanya. Mungkin perbedaan itu terletak pada niat. Niat dalam hati, jarang sekali kita meneliti niat-niat dalam hati kita pada apa yang kita kerjakan, apa yang kita berikan. Padahal niat, yang tersembunyi itu, seringkali menjadi landasan mengapa kita berbuat sesuatu. Memberi dengan berharap menerima, bukankah menjadi begitu memberatkan? “If all your “giving” is about “getting” think how fearful you will become?” Susan Jeffers Jika kita memberikan sesuatu, dengan harapan dapat menerima..bayangkan betapa diri menjadi dihinggapi banyak kecemasan, banyak pengharapan, dan banyak kekecewaan ketika yang terjadi tidak sesuai dengan harapmu. Sedangkan memberi dengan sekedar memberi karena kasih, bukankah terasa makin meringankan? Ini bukan bahasan tentang sok mulia atau sebagainya. Ini soal ketentraman jiwa. Bukankah dengan memberi saja tanpa harap menerima membuat perasaan kita menjadi semakin baik dan semakin bahagia? Sesederhana itu sebenarnya. Saya jadi ingat saat mendengarkan sebuah ceramah tahun lalu tentang zakat, tentang memberikan sebagian rizki kita. Baru kala itu saya mendengar sebuah pernyataan yang tak biasa saya dengarkan mengenai ceramah-ceramah zakat. Dulu sering kali saya mendengar ceramah seperti misalnya Zakat itu bisa melancarkan rejeki, mana ada kau lihat orang zakat atau memberi lalu jadi bangkrut? Atau kalau sedekah sekian bisa lekas kaya, bisa cepat dapat jodoh..bla bla..bla.. Lalu kita memberi ataupun berbuat baik karena ada iming iming belaka? Ah, bukankah sering kalian mendengar kalimat-kalimat seperti di atas itu? “Manfaat zakat yang utama itu menentramkan hati,” saya masih ingat kalimat itu diucapkan saat ceramah. Nyes rasanya, kenapa jarang sekali yang menyentuh sisi ini? Memberikan sesuatu ternyata pada dasarnya membuat diri menjadi semakin bahagia. Semakin ringan, dan semakin tentram. Memberi dalam hal ini bukan hanya memberikan barang, uang atau materi, tapi juga memberikan waktu, informasi, perhatian, kasih sayang. When you give from a place of love, rather than from a place of expectation. More usually comes back to us than we could ever have imagined Susan Jeffers Yah, walaupun seringkali dengan memberi kita menerima jauh..jauh lebih banyak daripada apa yang kita berikan, namun rasanya akan lebih meringankan dan menentramkan bila memberi tanpa pengharapan. “Nggak fair dong, misal dalam hubungan..rasanya kita tuh kasih..kasih terus. Memberikan banyak kompromi, kasih perhatian..kasih hadiah bla..bla..tapi dianya kayak nggak tau terimakasih. Dianya nggak berubah juga.” Mungkin ada ya yang selintasan berpikir demikian. Atau mengalami hal yang demikian. Menurut saya sih, memberi itu satu hal..kemudian bagaimana engkau memutuskan perlakuan ataupun keputusan pada orang lain itu sepenuhnya adalah hal yang lain lagi. Ada pertimbangan, ada logika, ada nurani. Dan itu terserah bagaimana pilihan pilihan yang kamu ambil. Hubungan bukan bisnis sih, kalau menurut saya. Well, kadang mungkin konsep ini terlihat sok baik dan sok polos..padahal sih intinya cuma ingin membuat diri lebih ringan dan lebih tentram. Saya pun masih belajar, kadang konsep masih hanya dalam tataran konsep, sedangkan praktiknya masih tersuruk suruk. Namun bukankah yang terpenting kita belajar dan terus berjalan? Mari. Glasgow menjelang maghrib di musim gugur. Dengan kadar rindu yang agak terlalu. 3 Okt 2015. Belum lama ini, ada seorang teman curhat. Dia mengeluh tentang pekerjaannya di kantor. Dia bilang bosan, capek dan rasanya ingin berhenti saja dari pekerjaannya yang sekarang. Saya tanya kenapa bisa begitu? “Andaikan saja gajiku tidak segini, dan naik dua kali lipat, aku pasti akan semangat untuk bekerja, dan aku pasti akan memberikan yang terbaik untuk perusahaan. Lha… sekarang, ngapain capek-capek kerja keras, tidak sepadan dengan gajiku yang cuma sedikit.” Saya cuma diam mendengar jawabannya. Ya, aku tahu orang kerja itu pasti capek, dan terkadang juga timbul rasa bosan, apalagi bila kita merasa apa yang didapatkan kurang “memadai” dibanding kerja keras kita. Tapi, apakah benar, bahwa kita harus dibayar dua kali lipat dulu, baru kita semangat dan akan memberikan yang terbaik dalam pekerjaan kita? Dari obrolan itu, aku mendapat inspirasi untuk membuat tulisan ini. Karena menurutku ada yang “salah” dengan prinsip yang diajukan oleh temanku tadi. Kepada teman baikku yang aku maksud, mohon maafkan, bukan aku menyalahkan, aku hanya sekadar bertukar pikiran dan pendapat, seperti yang biasa kita lakukan, setuju kan? Memang dalam kehidupan sehari-hari, cukup banyak kita menemukan orang-orang yang berprinsip seperti teman saya tadi. Bahkan saya juga terkadang suka berpikir seperti itu. Yaitu, bahwa kita baru akan memberikan sesuatu yang “baik”, jika kita telah menerima “bayarannya”. Prinsip seperti ini, kita bisa temukan hampir di setiap bidang. Baik di perusahaan, birokrasi, organisasi-organisasi, sampai kepada hubungan antar sesama. Bahkan, aku sering mendengar, seorang laki-laki berkata tentang kekasihnya “Aku akan setia kepadanya, kalau dia juga setia sama aku”. Semua terdengar senada; bahwa kita harus menerima lebih dulu, baru kita akan memberi! Seorang karyawan baru akan bekerja dengan baik, jika gaji dan tunjangannya naik. Seorang pemimpin baru akan memperhatikan bawahannya jika bawahannya “memberi” sesuatu terlebih dulu. Seorang suami akan memperhatikan kebutuhan istrinya, jika telah mendapatkan “pengabdian tulus” dari istrinya. Semua anggota sebuah organisasi ngotot mendapatkan “jatah” terlebih dahulu, baru kemudian bersedia memberi kontribusi yang berarti untuk organisasi itu. Apa jadinya kehidupan ini jika kita semua berpikir seperti itu? Saya yakin jika terjadi demikian, tidak akan ada kemajuan yang tercipta, tidak akan ada inovasi dan kreatifitas yang muncul, tidak ada inisiatif demi sebuah perbaikan. Kita memang sudah terlanjur terbiasa dengan prinsip demikian, sampai-sampai ada sebuah istilah yang sangat populer dalam hal hubungan antar sesama “TAKE AND GIVE!” Take dulu, baru Give. Menerima dulu, baru memberi. Sayangnya, hukum alam tidaklah demikian! Jika kita ingin menerima, kita harus memberi lebih dulu. Jika kita ingin dihormati, kita harus lebih dulu menghormati orang lain. Jika kita ingin dibayar lebih mahal, kita harus bekerja dulu lebih baik. Jika kita mau mendapatkan pengabdian sang istri, kita harus lebih dulu menyayangi dan memperhatikan kebutuhannya dengan baik. Dan seterusnya. Tidak bisa, sampai kapanpun, hukum ini tidak bisa dibalik. Bukankah, kita selalu dianjurkan untuk menjadi “tangan yang diatas”? Bukankah itu berarti kita harus memberi terlebih dahulu, kemudian baru kita menerima? Untuk itu, mari kita, sejak sekarang belajar untuk selalu berusaha memberi yang terbaik, lalu kita meyakini bahwa pasti kita akan menerima hasil yang terbaik kemudian. Kita rubah “take and give”, menjadi “give and take”. Hanya dengan cara ini, kita akan mendapatkan kebahagiaan yang sempurna, kesuksesan yang sesungguhnya, dan keberkahan dalam hidup yang tiada tara. Jadi bagaimana saudaraku? Pilih “take and give” atau “give and take”? Salam. Hasil Voting Capres & Cawapres Pilihan VIVAnians 1 Anies Baswedan - Agus Harimurti Yudhoyono 23994 Suara 2 Prabowo Subianto - Mahfud MD 19257 Suara 3 Ganjar Pranowo - Basuki Tjahaja Purnama 14210 Suara Terpopuler Selengkapnya  VIVA Networks PT Astra Honda Motor AHM baru saja meluncurkan Honda CT125 terbaru di Tanah Air. Ikon sepeda motor bebek trekking yang viral dipakai Ariel Noah ini dapat penyegaran. PT Astra Honda Motor AHM meluncurkan Honda XL750 Transalp di Indonesia. Motor baru Honda yang hadir di RI itu cocok buat orang kaya yang suka petualangan, karena dicipa Selengkapnya  Isu Terkini give and take1. noun The exchange of mutual compromise or concession; negotiation, bargaining, and/or compromise. Sometimes hyphenated. There's always going to be some give and take when new legislation is introduced in politics. You won't get far in this business if you aren't willing to allow a little give-and-take with your noun Lively two-way discussion; the exchange of ideas or conversation. Sometimes hyphenated. The purpose of this meeting is to have a bit of give-and-take between employees and the management for ideas on the direction of the verb To compromise or concede; to negotiate, bargain, and/or compromise. You have to be willing to give and take when you enter politics, otherwise nothing will ever get verb To engage in lively two-way discussion; to exchange ideas or conversation. The university has set up an online forum so students are able to give and take with the Dictionary of Idioms. © 2022 Farlex, Inc, all rights of give-and-take 1. Fig. a lot of two-way discussion. It was a good meeting. There was a lot of give-and-take, and we all learned. 2. Fig. a lot of negotiating and bargaining. After an afternoon of give-and-take, we were finally able to put all the details into an Dictionary of American Idioms and Phrasal Verbs. © 2002 by The McGraw-Hill Companies, and take1. The practice of compromise, as in Every contract involves some give and take. This expression was first recorded in 1778, although the verbal idiom, to give and take, was used from the early 1500s. 2. Lively exchange of ideas or conversation, as in The legislature is famous for raucous give and take. [Second half of 1800s] The American Heritage Dictionary of Idioms by Christine Ammer. Copyright © 2003, 1997 by The Christine Ammer 1992 Trust. Published by Houghton Mifflin Harcourt Publishing Company. All rights and take COMMON If you talk about give and take, you mean the way in which two people or groups in a relationship accept that they cannot have everything that they want and that they must sometimes give the other person or group what they want. All good partnerships involve a bit of give and take. There is usually a fair amount of give and take in a trading relationship. Note You can use give-and-take before a noun. You never get everything you wish for in these give-and-take COBUILD Idioms Dictionary, 3rd ed. © HarperCollins Publishers 2012give and take 1 mutual concessions and compromises. 2 exchange of words and Partner Idioms Dictionary © Farlex 2017ˌgive and ˈtake be willing to listen to other people’s wishes and points of view and to change your demands, if this is necessary If we want this marriage to be successful, we both have to learn to give and take. ▶ ˌgive and ˈtake noun We can’t all expect to have exactly what we want. There has to be some give and Partner Idioms Dictionary © Farlex 2017give and takeMutual concessions; a fair exchange. Used as a noun, this expression dates from the eighteenth century. The verbal form, to give and take, dates from the early 1500s. One writer believes the phrase originated in British racing and denoted a prize for a race in which larger horses carried more weight and smaller ones less than the standard. “Give and take is fair in all nations,” wrote Fannie Burney in Evelina 1778, echoed in T. C. Haliburton’s Wise Saws 1843 “Give and take, live and let live, that’s the word.” See also live and let Dictionary of Clichés by Christine Ammer Copyright © 2013 by Christine AmmerSee alsolot of give-and-takea game of give and takefind a happy mediummediumstrike a happy mediumhit a happy mediumreach an accordnaughty but nicereach an agreementround robin

give and give bukan take and give